STory of change imuni aksi
ibu makin happy setelah ikut imuni aksi
“Ternyata 4 dari 5 ibu pernah melakukan kekerasan terhadap anak,” Salah satu data yang Gerakan Binar peroleh dari hasil survey yang dilakukan pada Bulan Mei hingga Juni 2024 kepada 110 ibu (member Gerakan Binar dan umum). Link lengkap bisa dibaca di sini.
Sebagai seorang ibu, saya mengakui pernah melakukan kekerasan verbal kepada anak berupa ucapan yang tidak baik dengan nada tinggi atau mengabaikan perasaan anak. Ada kalanya rasa lelah fisik dan mental membuat tidak bisa berpikir secara rasional, akhirnya ketika anak melakukan sedikit kesalahan langsung memicu emosi negatif dan menjadikan dia sebagai sasaran. Sedih? iya! Menyesal? Tentu saja! Sangat menyadari bahwa hal tersebut harus dihindari, tak ada satu pun ibu yang ingin menjadikan anak sebagai sasaran emosinya apalagi menyakitinya.
Data lanjutan kami peroleh dari hasil survey Gerakan Binar, ternyata 5 dari 10 ibu yang melakukan kekerasan terhadap anak tersebut belum memahami cara mengelola emosi dan 3 dari 10 mengalami luka pengasuhan. Berdasarkan data tersebut, Gerakan Binar didukung oleh Indika Foundation menyelenggarakan Imuni Aksi. Program pendampingan dan peningkatan kapasitas kepada 120 ibu di Indonesia agar mampu mengelola emosi diri dan melakukan pengasuhan yang positif kepada anak dan menerapkan nilai-nilai perdamaian di keluarganya. Sehingga dalam jangka panjang kekerasan oleh ibu terhadap anak akan berkurang dan meminimalisasi anak menjadi korban atau pelaku kekerasan akibat disfungsi pengasuhan. Rumah akan menjadi tempat pertama yang mengajarkan nilai-nilai perdamaian, membentuk individu yang lebih baik, keluarga yang lebih kuat, dan pada akhirnya, masyarakat yang lebih damai.
Outcome yang ingin dicapai melalui program Imuni Aksi yang dilaksanakan selama 5 bulan yaitu : Ibu memahami pengelolaan emosi diri yang tepat, Ibu memahami pentingnya pola pengasuhan positif yang memperhatikan perkembangan sosial emosional dan memenuhi hak anak, Ibu menyadari pentingnya pola pengasuhan positif yang memperhatikan perkembangan sosial emosional dan memenuhi hak anak, Ibu mampu membiasakan pengelolaan emosi diri secara positif.
Agar outcome tersebut tercapai, dibuatlah kegiatan-kegiatan berikut : Virtual bootcamp, Pekan Imuni Aksi (praktek baik selfcare ibu selama sepekan), Habituasi (praktek baik disiplin positif dan nilai-nilai perdamaian di keluarga dan kampanye di lingkungan sekitar, selama tiga pekan), Pembuatan Family Peacebuilding Kit, Pembuatan Jurnal Bunda Bahagia, Pembuatan Video Campaign, Selebrasi, Launching Kit dan Deklarasi Ibu Agen Perdamaian Keluarga.
Senang sekali outcome, output dan rangkaian kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan melampaui target yang disepakati bersama Indika Foundation. Dapat menjaring 125 changemakers Imuni Aksi dengan rata-rata kehadiran 95,4% saat virtual bootcamp, sebanyak 83,2% peserta membuat action plan dan mempraktekan materi Imuni Aksi di keluarga dan lingkungan, 89,2% peserta memahami pengelolaan emosi diri yang tepat, 89,2% peserta memahami pentingnya pola pengasuhan positif yang memperhatikan perkembangan sosial emosional dan memenuhi hak anak, 83,2% peserta menyadari pentingnya pola pengasuhan positif yang memperhatikan perkembangan sosial emosional dan memenuhi hak anak, 82,4% peserta membiasakan pengelolaan emosi diri secara positif. Family Peacebuilding Kit dan Jurnal Bunda Bahagia dapat dilaunching dan didistribusikan kepada para ibu, komunitas dan stakeholders lain. Video Campaign pun bisa disebarluaskan ke kanal-kanal Gerakan Binar.
Dibalik semua itu, ada cerita seru yang ingin kami bagi. Imuni Aksi menjadi ‘Kawah Candradimuka” bagi Gerakan Binar.
Jejaring Komunitas Bikin Impact Semakin Luas
Saat menentukan narasumber, kami sedikit dilema. Narasumber yang kami proyeksikan untuk mengisi Virtual Bootcamp memberikan rate harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan yang kami tulis di MEL, ternyata ada perubahan rate dari tahun sebelumnya. Kami galau apakah mempertahankan mengundang beliau dengan menganggarkan biaya yang lebih besar (yang sebenarnya bisa mendapatkan dua narasumber dengan harga tersebut) atau mencari alternatif narasumber lain. Ada konsekuensi yang kami terima jika tidak mengundang beliau, yaitu target 120 peserta akan sulit didapatkan. Pengalaman tahun sebelumnya, popularitas beliau cukup efektif menjadi magnet bagi para ibu untuk mendaftar. Saat evaluasi kami menyadari bahwa peserta Imuni Aksi 2023 yang mendaftar karena narasumber tersebut kurang berkomitmen, hanya ingin menyimak sesi beliau kemudian mengabaikan penugasan lainnya. Atas dasar itulah, kami kemudian memutuskan untuk mencari narasumber lain dengan rate yang lebih terjangkau, expert di bidang kesehatan mental dan pengasuhan positif, tidak mengapa tidak terlalu populis justeru ini menjadi seleksi pertama kesungguhan calon peserta.
Awalnya kami cukup percaya diri bahwa peserta akan mencapai target di hari ketiga pendaftaran. Instagram Ads sudah dilakukan, kolaborasi dengan akun narasumber virtual bootcamp juga kami kerjakan, tetapi hasilnya masih belum sesuai. Akhirnya terpikirlah sebuah ide untuk mengirimkan surat undangan kepada komunitas ibu untuk mengirimkan perwakilan pengurus atau membernya mengikuti Imuni Aksi. Surat undangan diberikan kepada 50 komunitas ibu yang tergabung dengan Grup The Founders, Change Leader Ashoka dan Ibu Pembaharu Ibu Profesional.
Hasilnya ternyata efektif, kami mendapatkan peserta melampaui target, yang kami targetkan 120 yang mendaftar 125 peserta. Saat pelaksanaan Imuni Aksi, peserta dari jejaring komunitas terlihat lebih menonjol secara kualitas. Mereka lebih siap menerima program, menjalankan penugasan dan mengkampanyekan materi dan value Imuni Aksi kepada keluarga, komunitasnya dan lingkungan sekitar.
Saat habituasi lingkungan (campaign ke lingkungan sekitar) kami mendorong para peserta (changemakers) untuk berkolaborasi dengan komunitas, sekolah, pihak-pihak yang bisa diajak kolaborasi. Hal ini membuat mitra implementor yang terlibat program Imuni Aksi semakin banyak dan penerima manfaat semakin luas. Tercatat 45 komunitas/ organisasi dan 19 sekolah yang terlibat selama Imuni Aksi 2024.
Ya, kolaborasi itu penting sebab Gerakan Binar tidak bisa menyelesaikan masalah sendirian, terlalu melelahkan karena kami bukan superhero.
Tetap Mempersiapkan Selebrasi Walaupun HPL Seminggu Lagi
Gerakan Binar mempersiapkan Imuni Aksi sejak awal tahun 2024. Berawal dari undangan untuk mendaftar grant rindang, kemudian mempersiapkan dan melaksanakan grant bibit lalu eksekusi grant mekar. Hampir sepanjang tahun bersama Indika Foundation. Gimana rasanya? Tertantang dan menyenangkan. Ada kabar baik yang dibawa oleh Bunda Rini saat berdiskusi di Bulan Maret, beliau ternyata sedang mengandung tentu saja semua tim bergembira, keponakan Binar akan bertambah. Lalu bagaimana dengan perannya di Imuni Aksi? Beliau masih menyanggupi untuk berperan sebagai program manager. Pemetaan tim, timeline yang jelas serta pembagian peran di tim inti Imuni Aksi (Bunda Rini, Bunda Rindu dan Bunda Nani) menjadi mitigasi agar Imuni Aksi tetap berjalan optimal walaupun masing-masing dari kami mempunyai tantangan tersendiri sebagai seorang ibu. Ada kalanya meeting sampai malam hari, atau meluangkan waktu saat anak di sekolah untuk membahas hal-hal penting mengenai Imuni Aksi.
Kami sangat salut, Bunda Rini tetap bisa berperan sebagai manager program dari mulai trimester 1 hingga beberapa hari menjelang HPL melahirkan. Masih begadang untuk meeting selebrasi, membagi tugas setiap tim dengan jelas sehingga selebrasi Imuni Aksi sekaligus pengalaman pertama Gerakan Binar melakukan kegiatan hybrid bisa dieksekusi dengan sangat baik. Hingga “baby mekar” pun lahir tepat 9 hari setelah selebrasi Imuni Aksi.
Cerita perubahan tim imuni aksi
Langkah Kecil, Perubahan Besar
Sri Purnamasari (Fasilitator Imuni Aksi)
Awalnya, rasa ragu menyelimuti hati saat saya kembali dipercaya menjadi fasilitator Imuni Aksi. Ingatan tentang pengalaman pertama yang penuh tekanan masih membekas. Ketakutan akan ketidakmampuan dalam memberikan ilmu kesehatan mental ibu semakin menguat, terlebih mengingat masa lalu saya sendiri yang pernah terperangkap dalam emosi negatif. Namun, dorongan untuk keluar dari zona nyaman dan semangat tim yang solid berhasil membangkitkan keberanian.
Pelatihan singkat yang diberikan menjadi bekal berharga. Saya mencoba menggabungkan teori yang didapat dengan pengalaman pribadi untuk memberikan pendekatan yang lebih personal kepada para changemakers.
Tantangan terbesar adalah mengatasi sifat introvert saya. Namun, demi mendukung mereka, saya berusaha membuka diri dan menciptakan ruang yang aman untuk berbagi. Perlahan tapi pasti, ikatan yang kuat terjalin melalui obrolan santai dan dukungan satu sama lain. Saya merasa bersyukur bisa menjadi tempat mereka bercerita tentang suka duka yang dialami. Melihat mereka tumbuh dan berkembang memberikan kepuasan tersendiri.
Dalam perjalanan ini, tentu saja ada suka dan duka. Kehilangan dua peserta di awal program menjadi pelajaran berharga. Namun, semangat 19 peserta lainnya yang berhasil menyelesaikan program dengan baik menjadi bukti bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil, akan membawa perubahan besar. Untuk kedepannya, saya berharap dapat mengadakan sesi sharing secara berkala agar semangat mereka tetap terjaga dan hubungan yang telah terjalin semakin erat.
Salam sayang untuk BCG4 ❤️❤️❤️
Semakin Percaya Diri dan Emosi Lebih Terkendali
Yuli Yuliani (Fasilitator Imuni Aksi)
Alhamdulillah, saya bersyukur banget mendapat kesempatan menjadi fasilitator dalam kegiatan Imuni Aksi, sebuah program peningkatan kapasitas ibu agar mampu mengelola emosi diri dan mengetahui pengasuhan positif di keluarga, sehingga tidak menjadi pelaku kekerasan di keluarga dan menjadi buddy sistem positif bagi ibu yang lain yang dilaksanakan kurang lebih 2,5 bulan lamanya.
Selama kelas berlangsung itu, saya sangat bersemangat juga deg-degan karena itu pertama kalinya saya terlibat aktif mengelola kelas (WAG) secara langsung dengan peserta dalam waktu yang cukup lama. Ini menjadi tantangan tersendiri buat saya yang kurang bisa berinteraksi atau merangkai kata di dalam suatu grup. Sebagai peserta saja, rasanya ada perasaan takut salah ketika berkomentar dalam sebuah group. Apalagi, ini menjadi fasilitator yang memang menjadi center dalam grup tersebut. Sudah terbayang bagaimana tantangannya dalam mengelola group. Mulai dari menyapa pagi untuk membuka kelas, kemudian mengajak berdiskusi ataupun sekedar ngobrol nyambung membuat bonding dengan para changemaker (anggota grup tersebut).
Tapi, alhamdulillah pada akhirnya semua bisa teratasi dengan cukup baik. Saya bisa melewatinya dengan semangat dan perasaan bahagia juga perasaan MasyaAllah ternyata saya cukup bisa mengelola grup, walaupun dengan tergagap. Ini cukup membuat saya lebih percaya diri lagi, jika harus mengelola grup lainnya, jika suatu saat diberikan kesempatan dengan tantangan yang sama.
Semua itu, salah satunya karena dorongan sesama fasilitator untuk terus menjawab tantangan yang diberikan sesuai dengan masalahnya masing-masing. Bagi saya sendiri, untuk interaksi personal tidak ada masalah, karena entah bagaimana, saya rasanya bisa merasakan apa yang orang lain rasakan walaupun hanya dengan ketikan. Selama ini, saya bisa menjadi teman berbagi yang cukup baik, jika secara personal. Jadi, tantangan saya memang dalam mengelola suatu group.
Selain support dari teman fasilitator, saya juga mencoba mengATM (Amati Tiru Modifikasi) beberapa group yang pernah saya ikuti, juga saya minta bantuan AI untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sekiranya takut membuat orang nggak enakan. Jadi, biar terlihat lebih wise. Itupun tentunya disesuaikan lagi dengan bahasa yang saya biasa gunakan. Bukan semata-mata, semua dari AI saya ambil. Dengan begitu, saya jadi belajar untuk menjawab pertanyaan dengan lebih mengedepankan win win solution untuk semua pihak. Hasilnya alhamdulillah, saya sudah lumayan luwes untuk sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan di group, bisa sedikit bercanda, bisa juga menjawab solusi dengan lebih baik. Alhamdulillah, udah nggak terlalu deg-degan lagi, jika harus menyapa di grup.
Untuk kedepannya, pastinya masih harus terus belajar bagaimana menyikapi chat-chat para peserta di grup, kemudian memancing diskusi, mengadakan kuis-kuis receh, juga membangun bonding grup, tidak hanya personal.
Bagi saya sendiri, alhamdulillah di Imuni Aksi ini banyak sekali perubahan yang membuat saya lebih baik lagi. Selain mengelola grup tadi, juga lebih bisa mengelola emosi dan mencoba mempraktikkan positif disiplin dan lainnya. Semua ini menjadi pengalaman luar biasa yang tidak hanya memperkaya diri saya secara pribadi, tetapi juga memberikan kesempatan untuk berbagi dan bertumbuh bersama peserta lainnya. Terima kasih untuk binar, yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menjadi bagian dari kegiatan ini.
Misiku di Imuni Aksi 2024
Nina Arini (Fasilitator Imuni Aksi)
Menemui rutinitas sehari-hari yang monotone, mendapatkan distraksi dari lingkungan sekitar, dan hal-hal mengejutkan yang tidak terduga lainnya seringkali kutemui dan membuat prosesku belajar meregulasi emosi terganggu. Seringkali masalah emosi yang tidak terurai secara paripurna, membuatku menjadi kurang produktif dan tidak bisa memanage waktu dengan baik. Dalam kondisi ingin men-challenge diri sendiri supaya bisa memiliki manajemen waktu lebih baik, eh tiba-tiba ada pengumuman open recruitment Calon Fasil Imuni Aksi 2024 dari Gerakan Binar.
Awalnya sempat ragu untuk mendaftarkan diri. Meskipun sebelumnya sudah pernah berpengalaman menjadi fasil di tahun 2023, ada rasa khawatir jika kendala-kendala yang kerap kali ditemui akan mengganggu komitmen menyelesaikan seluruh tugas menjadi Fasil secara paripurna. Namun, aku berusaha melibatkan Allah untuk menentukan pilihan. Jika baik untukku, berharap Allah permudah dan Allah mampukan menjalani semuanya dengan ringan. Jika aku dirasa belum mampu, aku minta untuk Allah stop langsung saja dari awal (tidak terpilih menjadi fasil).
Alhamdulillah, ternyata terpilih menjadi Fasilitator kembali.
Deg-degan sekaligus bersemangat untuk menemukan harta karun di setiap prosesnya. Imuni Aksi tahun ini memberi pengalaman yang berbeda dari tahun sebelumnya. Sistem yang sudah lebih tertata dan terstruktur, membuat fasilitator lebih mudah dalam mengelola dan menyelesaikan job desc nya. Pada Imuni Aksi tahun ini, memang apa yang fasil kerjakan secara administrasi lebih banyak dan lebih padat. Namun lebih terarah dari tahun sebelumnya, sehingga tidak merasa terlalu kesulitan. Berkejaran dengan waktu, seolah tak menjadi kendala berarti.
Fokusku di Imuni Aksi tahun ini, bukan lagi sekedar membuat group WhatsApp terus ramai oleh Changemakers. Melainkan, bagaimana caranya supaya Changemakers mampu punya komitmen tinggi untuk menyelesaikan misi perjalanannya hingga akhir proses Imuni Aksi. Melakukan pendekatan personal, rajin menanyakan kabar dan progres via japri, ternyata lebih mengena dihati peserta Imuni Aksi. Hingga pada akhirnya BCG3 semua menyelesaikan misinya tepat waktu dan tercapai High Energi Ending, baik untuk Changemakers maupun untukku sebagai Fasilitator nya.
Selain memperoleh pengalaman baru dalam management waktu dan sumber daya, sebagai fasil aku juga memperoleh ilmu-ilmu baru selama mengikuti virtual Bootcamp. Utamanya pada materi positif disiplin. Kemudian dalam sesi Pekan Imuni Aksi, pada akhirnya aku menyimpulkan bahwa Me Time yang membuat ibu tetap waras itu bukan Me Time yang cuma sekali, tapi Me Time yang dilakukan secara konsisten setiap hari. Sampai pada akhirnya ada dititik tenang ketika menghadapi hal-hal yang diluar harapan tanpa perlu menarik nafas dalam lagi.
Kini Imuni Aksi sudah selesai semua sesi, namun semangatnya masih akan terus dijaga supaya tidak padam. Dari laporan yang fasil kerjakan, ternyata begitu banyak manfaat yang diperoleh oleh para Changemakers dan para peserta habituasi yang dilaksanakan oleh para Changemakers. Sebagai fasil, rasanya ingin tetap berbagi praktik baik dan ilmu-ilmu bermanfaat kepada jutaan ibu di luar sama. Maka kami, akan membuat jadwal rutin berbagi ilmu tiap 2 pekan sekali bersama para Changemakers Imuni Aksi. Semoga Allah mudahkan dan Allah izinkan tahun depan Gerakan Binar menghadirkan Imuni Aksi kembali.
Introvert yang Belajar Berbicara di Depan Banyak Orang
Annisa Fitri Sabrina (Lead Officer Selebrasi)
Saya bersemangat ketika mendengar Gerakan Binar akan mengadakan lagi kegiatan Imuni Aksi 2024 dan kalo ini “Ibu” yang menjadi “Bintang”nya. Memang sudah diniatkan dari awal kalau saya ingin bergabung dalam kepanitiaan namun tetap mindful di setiap kegiatannya. Imuni Aksi 2023 lalu saya berperan sebagai salah satu fasilitator. Maka, dengan pengalaman tersebut saya memberanikan diri mendaftar sebagai fasilitator group. Namun ternyata saya justru dipercaya untuk menjadi Lead Officer Selebrasi. Perasaan saya ketika itu campur campur. “Kenapa ya saya ga diterima sebagai fasil? Mungkin banyak kekurangannya atau ga memuaskan hasil kinerja saya atau terlalu sedikit ilmu yang ku punya.. Hmmm, mungkin memang kali ini disuruh Allah jadi peserta supaya lebih mindful.. Okelahh.. Don’t worry be happy”
Disisi lain.. “Haah? Jadi lead Officer selebrasi? Apa iya bisa? Kan belum pengalaman sama sekali.. Bisa ga ya? Kalo acaranya gagal gimana? Waduuuhh… Yuk bisa yuk pasti banyak bala bantuan. . Bismillaah”
Akhirnya saya mendaftar jadi peserta, kegiatan demi kegiatan saya berusaha ikuti dengan baik, berusaha mengumpulkan tugas – tugas yang diberikan, karena saya pernah menjadi fasil, maka paham betul gimana rasanya jika ada peserta yang tidak melengkapi tugasnya. Selain itu juga saya Happy karena mendapatkan ilmu yang mahal dengan cuma cuma tanpa harus memikirkan para peserta lainnya. Heheheh. Kami para peserta juga harus berbagi ilmu dengan ibu ibu lainnya yang belum ikutan menjadi peserta Imuni Aksi di kegiatan Habituasi. Yupp saya yang jadi narasumber walaupun baru sedikit ilmu yang saya miliki.
Namun, ditengah tengah rangkaian kegiatan Imuni Aksi, pikiran saya pun harus terpecah untuk kegiatan selebrasi. Mencari venue yang free dan nyaman, lalu berkoordinasi dengan tim secara online untuk kegiatan offline. Sampai di hari H, Alhamdulillah Allah mudahkan dan beri kelancaran di kegiatan Selebrasi Imuni Aksi 2024.
Semua tim yang terlibat itu kereen bangeeettt. Bunda Nani, Bunda Rini, Bunda Rindu berhasil menggali karakter kami. Imuni Aksi 2024 saya berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya walaupun peran yang jauh berbeda.
Saya (si introvert) belajar untuk berani berbicara di depan banyak orang untuk pertama kali. Saya belajar untuk berempati, saya lebih belajar untuk bekerja sama dengan tim, saya belajar untuk mengambil keputusan, saya belajar untuk lebih bertanggung jawab. Saya belajar untuk meletakkan lebih banyak hati saya dalam berkegiatan.
Saya juga mau mengucapkan terima kasih untuk Bunda Nani, Bunda Rini, Bunda Rindu atas kesempatan dan kepercayaan yang sudah diberikan kepada saya. Tapi, saya juga mau minta maaf dengan tulus dari hati atas segala hal yang disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga kalian terpuaskan dan happy dengan peran saya kemarin.
With Love
Nisa❤
Menjadi Fasilitator Jalan Ninjaku Jadi Lebih Percaya Diri
Putri Aji (Fasilitator Imuni Aksi)
Masya Allah tabarakallah, menjadi fasilitator Imuni Aksi menjadi pengalaman berharga untuk saya, dari awal mendaftar yang agak ragu dan kurang percaya diri hingga mendapat insight yang positif. Berawal dari sesi klinik imuni aksi yang mengharu biru, dan saya mendapat hikmah bahwa setiap orang punya arus sungai yang berbeda dan diperlukan support dukungan dari sesama Bunda. Hingga materi materi Imuni Aksi yang related sekali dengan kehidupaan sehari hari para bunda.
Dinamika menjadi seorang fasilitator pun saya rasakan, awal awal para bunda CM yang semangat membara hingga saat mulai habituasi lingkungan yang mulai tumbang satu persatu. Rasanya pengen bergandengan tangan dengan para fasil yang lain untuk saling menguatkan buar goals nya tercapai, dari sini saya belajar bagaimana cara memotivasi orang lain yang kadang masih insecure untuk menebar manfaat yang lebih luas, padahal di sisi lain saya juga kadang masih kurang percaya diri 🤭
Terimakasih Binar dan Indika Foundation sudah memberi kesempatan kepada saya mendapatkan pengalaman dan isight positif yang berharga, insya Allah praktik baik ketika pekan imuni aksi berlangsung masih dilakukan di kehidupan sehari hari.
Jadi Panitia Imuni Aksi adalah Me-Time
Agung Handayani (Tim Selebrasi)
Menjadi panitia sekaligus peserta imuni aksi benar benar tantangan tersendiri. Awalnya waktu pendaftaran panitia pengen ikut tapi sadar diri belum ikut imuni aksi 1 jadi mundur. Trus daftar peserta saja. Ngobrol dengan Abi dan Agha itu solusiku hehe.
Eh mba Rini wa mau ga bantuin di kepanitiaan. Gabung deh. Masya Allah terheran-heran dengan ritme waktu ngobrol di wag maupun zoom pada gercep banget. Merasa insecure juga ga banyak bantu cari sponsor atau kurang berkontribusi.
Membagi pikiran menyelesaikan imuni aksi plus menjadi panitia ditambah kondisi ekonomi juga lagi kurang baik baik saja dan kadang hadapin Abi yang emosi membuat aku memilih diam wkwkw.. diam tapi mikir gimana ngerjain tugas imuni aksi wkwkw dan tetap semangat menjadi panitia.
Kadang pada kagum aku bisa kesana kesini padahal itu waktu aku benar-benar bisa berpikir dengan jernih, bisa me time. Jadi bertugas menjadi panitia itu kujadikan me time dan tempat aku menunjukkan aku berdaya, aku tuh bisa hehe intinya senang banget dan happy banget.
Jadi Fasilitator Imuni Aksi, Bikin Emosi Lebih Terkendali
Nenden Rikma Dewi (Fasilitator Imuni Aksi)
Peran saya sebagai fasilitator di Imuni Aksi tahun 2024, secara signifikan meningkatkan pemahaman dalam pengasuhan, komunikasi dan manajemen waktu bersama ± 21 orang ibu yang berasal dari berbagai latar belakang. Saya sebelumnya belum pernah mendampingi para ibu secara virtual dalam jumlah banyak, sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menjalankan tugas dan belajar memfasilitasi.
Sebagai fasilitator, tugas saya ternyata tidak hanya membantu para ibu dalam kelompok tetapi juga melaporkan secara detail progres yang dilakukan oleh mereka dan diri sendiri. Saya pun membantu mereka dalam memahami tugas-tugas yang diberikan selama pelaksanaan program habituasi. Seperti juga para ibu, saya mengikuti kegiatan yang ditugaskan dalam Imuni Aksi bersama anak tunggal saya. Kami memilih untuk konsisten menjalankan pojok damai sehingga kami bisa melakukan deep talk dengan lebih nyaman.
Hal yang saya lakukan untuk mengoptimalkan peran sebagai fasilitator : Saya memahami modul habituasi terlebih dahulu dan melakukan pencatatan mandiri untuk bisa membantu para ibu kemudian. Selama pelaksanaan habituasi, saya memantau dan membantu para ibu di WAG dan menghubungi secara personal terkait tugas-tugas yang diberikan. Saya juga memberi kesempatan secara bebas untuk para ibu berbagi pengalaman pribadi dan mendukung para buddy-nya dalam pelaksanaan tugas yang diberikan, mengatasi masalah yang dihadapi peserta terkait materi selama bootcamp dan habituasi. Secara pribadi, saya merasakan kendala yang serupa tapi tak sama dengan para ibu sehingga saya jauh lebih empati dan memilih cara berkomunikasi yang tepat ketika berkomunikasi lewat teks.
Dalam pelaksanaannya, beberapa ibu mengalami kendala personal sehingga hanya ±70% peserta yang terus mengalami peningkatan dan mengikuti program secara konsisten hingga akhir. Mereka merasa lebih percaya diri dalam menerapkan teknik pengasuhan damai dari bootcamp dan berkomitmen untuk terus berbagi kepada ibu-ibu lainnya tentang ilmu yang sudah didapat. Saya merasakan pengalaman yang luar biasa dengan para ibu, juga lebih tenang dalam menghadapi anak dan situasi yang di luar kendali.